Rangkaian bencana alam yang menghantui Indonesia akhir-akhir ini tak pelak membuat masyarakat kita menyadari akan pentingnya faktor kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai bencana tersebut. Seperti semboyan yang sering kita dengar Safety First.

Keselamatan adalah yang utama. Keselamatan menjadi prioritas awal dalam beraktivitas sehari-hari. Karena dengan menanamkan jiwa keselamatan dalam bekerja maupun beraktivitas.

Di kantor kami yang berkecimpung dalam dunia ekplorasi minyak dan gas bumi berbagai pelatihan dan pembekalan terkait kesiapsiagaan dan keselamatan adalah hal yang wajib kami miliki.

Sampai dengan saat ini setidaknya saya telah memegang beberapa sertifikat terkait keselamatan seperti Basic Sea SurvivalFirst Aid Training dan Emergency Management Team. Dari pelatihan-pelatihan tersebut saya dapat mengambil beberapa simpulan tentang apa saja hal dasar yang harus kita persiapkan jika terjadi bencana:

1. JANGAN PANIK

Hal pertama dan utama yang harus dilakukan ketika bencana terjadi adalah kendalikan diri dan emosi kita. Rasa takut dan khawatir adalah hal yang lumrah terjadi ketika kita sedang menghadapi kondis kegawatdaruratan atau bencana alam. Namun, mengatur kadarnya dalam batas yang wajar adalah kuncinya.

Ketika kita panik dalam menghadapi kondisi tersebut, maka disadari atau tidak pikiran kita akan kacau dan logika kita tidak akan fokus pada aspek penyelamatan diri dalam waktu-waktu yang krusial.

Hal tersebut tentu akan merusak seluruh pengetahuan terhadapm kesiapsiagaan. Alih-alih menyelamatkan diri justru kita dapat meperburuk keadaan.

Pada dasaranya manusia dianugerahi insting unuk menyelamatkan diri dari sebuah kondisi kegawatdaruratan. Contohnya seperti ketika tangan kita terpapar panas maka otomatis tangan kita akan menjauh dari sumber panas. Namun, insting tersebut jika tidak diiringi ketenangan dalam pengelolaan kegawatdaruratan justru dapat membahayakan.

Coba kita bayangkan suatu hari kita sedang menghidupkan lilin, karena terjadi pemadaman listrik. Karena abai, kita ternyata lilin membakar bahan gordyn yang berada di dekatnya, api lalu membesar dan kita panik melihat keadaan tersebut.

Karena panik, alih-alih mencari air ataupun fire extenguisher kita mencari cairan terdekat dengan jangkauan kita. Dengan cepat kita menemukan satu dirijen bensin dekat dengan diri kita, lalu karena sudah panik tanpa sadara bensin kita siramkan untuk memadamkan api tersebut. Alhasil, api semakin membesar dan membahayakan seluruh anggota keluarga kita.

2. SELAMATKAN DIRI KITA, BARU MEMBANTU YANG LAIN.

Ketika kita sering berpergian menggunakan pesawat salah satu pesan keselamatan yang disampaikan adalah selamatkan diri kita terlebih dahulu baru membantu orang lain termasuk anak kita sendiri.

Terdengar egois, namun faktanya adalah hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi risiko jatuh korban lebih banyak. Bayangkan dalam suatu suatu penerbangan tiba-tiba tekanan udara drastis berubah sehingga kadar oksigen turun drastis membuat alat bantu pernafasan secara otomatis turun.

 Lalu, dengan sembrononya kita lebih mendahulukan memasang alat bantu pernafasan untuk anak kita, padahal risikonya adalah dalam masa kritis tersebut kita dapat secara tiba-tiba kekurangan oksigen dan kehilangan tenaga untuk membantu anak kita.

Alih-alih dapat menyelamatkan anak kita justru kita dan anak kita menjadi korban semua. Namun, cerita akan berbeda semisal kita memiliki keterampilan dan pengetahuan khusus.

Ketika mendapatkan pelatihan pertolongan pertama, kami diberikan kewajiban moral untuk mencoba membantu orang yang kami temui dijalanan semisal terjadi kecelakaan ataupun kondisi-kondisi yang mengancam jiwa krena faktor kesehatan, karena kami telah dibekali ilmu tentang pertolongan pertama.

Selain itu kami juga disarankan untuk sebisa mungkin mencari pertolongan medis profesional terdekat secepatnya dan ketika tenaga medis profesional telah ada di lokasi, kami harus menyerahkan prosedur pertolongan kepada mereka, karena mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih mumpuni dibanding kami.

3. KESELAMATAN DIRI ADALAH YANG PALING UTAMA.

Dalam keadaan darurat kita harus mengutamakan keselamatan diri kita, dalam hal ini terutama nyawa kita. Perhiasan, uang, barang berharga lainnya HARUS dikesampingkan jika keadaan darurat.

Kita mungkin pernah mendengar berita bahwa seorang yang rumahnya terbakar, tiba-tiba kembali ke dalam rumah demi menyelamatkan barang berharganya yang tertinggal lalu akhirnya tewas karena terjebak api dan kekurangan oksigen.

Seluruh harta benda dan surat berharga masih dapat dicari dan diurus penggantiannya, namun nyawa dan keselamatan diri Anda tidak ada gantinya dan tidak mungkin diganti lagi.

Namun, jika memungkinkan dan keadaan tidak sedarurat itu bisa jadi penyelamatan dokumen berharga masih bisa dilakukan. Untuk itu perlu bagi kita untuk mengumpulkan dokumen berharga seperti akta kelahiran, akta tanah, ijazah sekolah dan surat berharga lainnya dalam sebuah tas yang mudah dijangkau dan aman, sehingga ketika terjadi bencana kita dapat dengan mudah menyelamatkan dokumen tersebut tanpa harus mengorbankan keselamatan diri kita.

Kejadian yang sama pernah saya alami ketika saya masih duduk di bangku kuliah semasa di Bandung. Suatu hari tiba-tiba terjadi kebakaran di belakang kosan saya di daerah Jalan Cisitu Lama.

Terlihat api membesar dan mendekat ke arah kosan saya, dengan tergopoh-gopoh saya langsung mengambil tas yang berisi dokumen-dokumen penting lalu pergi meninggalkan kosan. Alhamdulillah, untungnya kebakaran dapat ditanggulangi dan tidak merambat ke kosan saya.

4.PEKA DAN AMATI LINGKUNGAN SEKITAR SERTA PASTIKAN JALUR KELUAR TERDEKAT

Menjadi ekstrovert ataupun introvert adalah karakter dan pilihan masing-masing orang. Namun, menjadi antipati dan terlalu cuek terhadap lingkungan justru akan membahayakan diri kita sendiri.

Jika kita sering berpergian dan berjalan-jalan serta menginap di berbagai tempat, sangat perlu bagi kita memperhatikan sekitar terutama potensi bahaya yang dapat terjadi serta jalur keluar (emergency exit) terdekat. Itulah mengapa emergency briefing penting untuk dilakukan dalam setiap kegiatan. Kit harus proaktif untuk mencari informasi tentang prosedur keselamatan selama kita beraktivitas.

Bayangkan jika semisal kita sedang menginap di hotel lantai 30 lalu tiba-tiba bencana gempa bumi terjadi. Apa yang harus kita lakukan sedangkan kita pun tidak tahu lokasi jalur evakuasi dan emergency exit terdekat. Hal tersebut sangat berisiko bagi keselamatan diri dan keluarga kita

5. BEKALI DIRI KITA DENGAN ALAT KESELAMATAN, BEKALI DIRI KITA DENGAN ALAT KESELAMATAN, PERLENGKAPAN DARURAT, DAN PENGETAHUAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (p3K) DAN KEGAWATDARURATAN.

Tas Siaga Bencana. Sumber: BNPB Indonesia

Setelah mengikuti berbagai macam pelatihan terkait keselamatan saya secara perlahan dan bertahap menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari salah satunya yaitu menyiapkan alat-alat dan obat-obatan P3K di rumah dan secara rutin mengecek kadaluarsanya.

Selain itu juga, di rumah saya menyiapkan satu tas emergency dimana di dalamnya ada berbagai kelengkapan emergency seperti alat P3K, alat penerangan, dokumen identitas, air minum, makanan dengan jangka kadaluarsa lama, lilin, korek api, pakaian ganti, handuk, selimut, pampers untuk anak, dan lain sebagainya. Saya juga secara bertahap membagi pengetahuan saya tentang kesiapsiagaan bencana dan P3K terkait.

Banyak hak-hal yang selama ini masih salah di tengah masyarakat kita tentang kesiapsiagaan dan P3K. Contohnya saja, apa yang harus kita lakukan ketika gempa terjadi? Apakah langsung lari keluar ruangan ataukah berlindung di bawah meja sambil melindungi kepala?

Bagaimana jika jalur keluar tertutup timbunan bangunan? Bagaimana jika kita tertimpa reruntuhan? Hal-hal semacam itu perlu kita ketahui dengan mencari berbagai sumber sahih dan terpercaya serta lebih penting dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman pribadi saya tentang P3K di rumah adalah ketika istri saya pernah terkena air panas ketika memasak. Masih banyak dari kita yang salah tentang penanganan tentang terkena air panas maupun terbakar.

Banyak yang menggunakan pasta gigi untuk mengatasi rasa terbakar karena air panas. Padahal penggunaan pasta gigi dapat memperburuk keadaan dan bahkan menyebabkan infeksi pada luka bakar.

Harusnya jika terkena air panas kita perlu mendinginkan area yang terkena dengan air mengalir untuk beberapa waktu. Semakin tinggi derajat panasnya serta areanya maka semakin lama juga kita untuk mendinginkannya dengan air. Perlu juga kita menyingkirkan barang-barang lain yang berpotensi melengket ke kulit karena lelehan panasnya. Semisal pakaian dan sebagainya.